Buku Naomi Wolf yang berjudul Vagina: Kuasa dan Kesadaran adalah buku pertamanya yang baru saja aku
baca. Aku pikir kesan awal yang akan kudapatkan adalah merasa agak jorok karena membicarakan soal vagina atau merasa tidak nyaman karena membicarakan soal hubungan seksual yang bebas tak bermoral. Ternyata anggapanku salah, setelah membaca satu bab
tentang saraf panggul perempuan aku terkejut ternyata tulisannya sangat ilmiah
dan tidak mesum.
Awalnya Wolf menceritakan tentang kompresi saraf yang dialaminya
sebagai akibat dari kecelakaan yang ia alami 20 tahun silam. Saraf tersebut
menekan salah satu cabang saraf panggul dimana itu adalah salah satu cabang
yang berakhir di saluran vagina. Hal tersebut membuat Wolf tidak bisa merasakan
orgasme seperti biasanya. Gairah seksualnya pun berkurang. Ketakutan Wolf bahwa dia tidak bisa lagi merasakan perasaan emosional luar biasa,
perasaan senang, kreatif, dan rasa percaya diri yang sering ia rasakan setelah
melakukan hubungan seksual yang pada akhirnya membawanya kearah lebih dalam
tentang seksualitas perempuan.
Istilah medis dari vagina adalah introitus yang artinya lubang vagina. Wolf berpikir istilah tersebut sangat dangkal untuk mendeskripsikan vagina keseluruhannya. Bagian-bagian vagina yang kita ketahui dibatasi hanya dari permukaan yang paling dangkal dari tubuh kita. Wolf menemukan bahwa ternyata susunan vagina yang lebih rumit memengaruhi cara seksualitas perempuan bekerja. Singkatnya perempuan dapat merasakan orgasme "tinggi" dengan cara yang lebih bervariatif dan berbeda dengan sesama perempuan lain.
Hubungan seksual yang konvensional menekankan pada bagian kestabilan, kecepatan, berorientasi pada tujuan, linier, dan hanya berfokus pada stimulasi pada satu atau dua area tubuh perempuan. Hal tersebut tidak dilakukan secara mendalam. Wolf berkata bahwa pandangan masyarakat patriarki cenderung menganggap bahwa seksualitas perempuan dan laki-laki itu sama saja. Hal tersebut didasarkan atas pandangan yang berorientasi maskulin. Hal ini yang menyebabkan vagina kurang dihargai dan peran penuhnya kurang dipahami.
Bagi laki-laki, kesenangan seksual bepusat di penis. Seksualitas laki-laki yang lebih sederhana cenderung membuat orgasme lebih mudah dibanding perempuan. Seks hanya sebatas kesenangan fisik saja. Namun, perempuan
perlu merasakan keterikatan secara emosional terlebih dahulu sebelum merasakan
orgasme "tinggi" yang luar biasa. Perempuan bisa saja berganti-ganti pasangan seperti
laki-laki dengan kebebasan otonomi tubuhnya, namun akan jarang menemukan
orgasme yang luar biasa.
Wolf juga mengatakan dampak setelah orgasme "tinggi" yang dialami perempuan dan
laki-laki itu sangat berbeda. Dijelaskan dalam bab Dopamin, Opioid, dan
Oksitoksin, bahwa setelah melakukan kegiatan seksual hebat dengan pasangan yang penuh keterikatan emosional, kadar zat dopamin dalam otaknya akan
meningkat. Perempuan akan menjadi lebih aktif dan lebih ingin banyak bicara
sedangkan laki-laki sebaliknya. Laki-laki akan melepaskan zat serotonin dimana
gairah seks akan menurun dan lebih sering tertidur setelahnya.
Wolf dengan radikal menjelaskan tentang rumitnya seksualitas perempuan yang
membutuhkan koordinasi laki-laki untuk lebih memperlakukan perempuan
dengan semestinya. Perempuan perlu diperlakukan secara sopan, nyaman,
membuatnya merasa aman, dan dihargai untuk memberi bantuan stimulasi agar
mendapatkan orgasme yang luar biasa.
Dalam bab terakhirnya ia mengungkapkan rasa curiga terhadap media tentang
alasan informasi seksualitas perempuan ini tidak disampaikan dengan
baik kepada masyarakat. Wolf curiga bahwa jika informasi tentang
pengetahuan seksualitas perempuan ini disebarkan akan membuat para perempuan
menjadi kegirangan dan susah diatur. Perempuan akan menuntut perlakuan lebih kepada laki-laki agar mendapatkan orgasme yang luar biasa, dan tugas
laki-laki akan bertambah. Bukankah akan banyak keluhan yang dikeluarkan laki-laki jika perempuan terus menuntut mereka?
Namun, ia menambahkan bahwa tidak ada organ seksual yang lebih tinggi,
semuanya sama saja. Hanya saja informasi tentang seksualitas perempuan ini yang seharusnya dapat diakses lebih mudah lagi agar laki-laki dan perempuan dapat
bisa bekerjasama untuk mencapai tingkat kebahagiaan tertinggi dalam kehidupan
seksualnya.
Setelah selesai membaca buku ini anggapanku tentang vagina sepenuhnya
berubah. Hal ini membuatku merasakan betapa ajaibnya dunia seksualitas perempuan
dan semua orang harus mengetahuinya. Dengan membaca buku ini, telah membuka
pikiranku terhadap kemungkinan-kemungkinan seksualitas perempuan yang
sebelumnya tidak aku ketahui. Bagaimana seksualitas perempuan berbeda dengan
laki-laki dan tidak sepatutnya disamakan. Menasihatiku untuk sedikit demi
sedikit meluruhkan sudut pandang maskulin yang secara tak sadar sering merugikan perempuan (dengan sikap misoginis) dan merangkul sifat feminin perempuan
sebagai hal yang saling menguatkan satu sama lain untuk semua gender.
Penutup: Thanks to Hatindriya Hangganararas yang telah meminjamkan buku ini.
Yuhuuu
BalasHapusYuhuu juga
Hapus