Seminggu terakhir ini energiku terkuras habis. Perasaanku kalang kabut, tidak karuan. Senggol dikit, bacok. Sensitif dengan hal-hal kecil yang sebelumnya aku bisa atasi dengan tarik napas, buang napas. Aku sadar, naik turunnya kehidupan tidak bisa aku atur sendiri. Di sini—saat keadaan sedang kalut, aku hanya perlu mencari alasan untuk tetap bertahan seburuk apapun hidup menerjang kewarasan. Semalam, ketika kewarasanku sedang diuji, aku tertidur lemah karena kewalahan menjalani hari yang berat. Pagi hari ini ketika aku terbangun melalui suara notifikasi pesan dari smartphone , temanku memberikan komentar apresiasi pada tulisanku. Di luar tulisanku itu jelek atau tidak. Koheren atau tidak. Apapun itu kejelekannya yang sering aku pikirkan, aku sangat senang ketika membaca pesan dari temanku, Nadhil. Terima kasih banyak, Nadhil. Tidak hanya itu, saat aku menerima pujian dari Nadhil, aku kemudian memaklumi kejelekan tulisanku dan mulai mengapresiasinya. Yang aku pikirkan adalah, “saat in
Melalui cinta, kita bertukar rasa. Melalui kata, kita dapat bercerita tanpa suara.