Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2022

Tolstoy: Keserakahan Manusia Ketika Terjerat Kapitalisme

Bila membaca karya sastra ada suatu kebiasaan yang sering aku lakukan yaitu mencoba untuk masuk ke dalam cerita dengan menghubungkan duniaku dengan dunia yang terjadi di dalam karya sastra. Sehingga tak jarang aku pun merasa sangat terhubung sampai merasakan kehadiran karya sastra ini sebagai seorang teman. Rasanya seperti kegelisahanku tentang dunia yang sedang aku hadapi sekarang itu sedikit direpresentasikan oleh karya sastra, maka aku seperti punya teman yang mempunyai pandangan serupa tentang dunia. Itulah salah satu kenikmatan dalam membaca karya sastra terutama cerpen atau novel. Seperti ketika aku membaca karya sastra setebal 71 halaman yang bisa diselesaikan dalam sekali duduk ini. Ditulis oleh Leo Tolstoy dengan judul Berapa Luas Tanah Yang Dibutuhkan Seorang Manusia .  Awalnya aku pikir cerita ini akan membandingkan kehidupan kota dan desa, di mana kehidupan di desa itu lebih baik daripada kehidupan di perkotaan. Pada awal bab, Tolstoy seperti ingin memberikan pandangannya b

Serampangan (1)

 Akhir-akhir ini aku merasa kematian semakin dekat denganku. Mereka selalu ada di belakangku setiap saat, namun kadangkala aku pun takut dengan keberadaan mereka. Takut dengan keadaan yang akan membuatku letih ketika berhadapan lagi dengan kegelapan. Selama ini aku pikir aku sudah menemukan secerca cahaya untuk terus melangkah maju. Namun, saat itu pula aku tersandung dan kembali sadar akan realita yang sebenarnya membelengguku. Aku harus sadar bahwa aku tak hidup dalam angan-angan semata, aku harus menghadapi semua hal yang menimpaku, dengan kemungkinan terbesar sendirian. Akhir-akhir ini aku kurang mawas diri dengan keadaanku sendiri. Aku harus berpikir keras untuk mengetahui apa yang sedang aku pikirkan. Ternyata berpikir itu sulit. Berpikir melalui pertanyaan yang menerobos masuk tanpa bendungan ke dalam pikiran. Penih tak terhindarkan olehnya. Gundah dan cemas tak pernah berhenti menghantui. Inilah saat-saat aku butuh suatu injeksi serotonin yang memudahkanku untuk bergerak. Namun