Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Kekosongan (2)

            Apa kalian tau apa yang sedang dialami manusia itu sekarang? Selain sulit mengambil nafas karena hidupnya mengambang? Ia memutuskan untuk membuang hal-hal yang ingin ia lakukan. Ia putuskan untuk tak melakukan penceklisan apapun lagi. Ia menjadi seorang religius. Penting baginya untuk memercayai sesuatu. Agar datang kebaikan akhirnya. Meskipun selama ini hanya kekosongan yang selalu menghampirinya. Setidaknya dengan memercayai Tuhan, ia tak harus lagi berusaha keras untuk bahagia. Karena apapun yang terjadi, bahagia atau tidak, itulah takdir yang diberikan Tuhan. Kita hanya perlu  mensyukurinya. Ketika dihadapkan dengan cobaan, seorang religius akan berpikir tentang bagaimana Tuhan sedang menguji keimanannya. Tak peduli betapa pun sakit, penderitaan, bahkan sampai pertumpahan darah yang ia alami. Itu semua adalah kehendak Tuhan. Ia tak boleh mengeluh. Seorang teman bercerita kepada sang manusia tentang bagaimana hidupnya selalu bernasib buruk. Sang manusia memberi nasihat

Kekosongan

Ini adalah cerita tentang manusia yang memilih untuk terus hidup demi menjalankan hasrat dan tujuan untuk mencapai kebahagiaan absolut, tak terhingga, sepanjang masa. Ia sudah melakukan hal yang benar menurutnya sendiri. Mencatat hal-hal apa saja yang harus ia lakukan selama hidup. Ia ceklis hal yang sudah tercapai, kemudian dengan semangat membara terus berproses agar ia bisa menceklis lebih  banyak. Tapi ada yang aneh. Setelah menceklis satu hal ia mengalami euforia luar biasa. Ia berjingkrak-jingkrak, secara fisik dan roh. Ia berteriak, “Akhirnya aku menceklis satu hal!” Suatu hari ketika sedang bercermin ia bertanya kepada dirinya sendiri, “Setelah ini apa?”. Ia berusaha untuk menjawabnya dengan optimis, “Oh aku akan menceklis lagi hal yang selanjutnya.” Kemudian pertanyaan selanjutnya adalah, “Untuk apa aku menceklis hal ini?” Tujuan yang pada awalnya sangat ia impikan untuk diraih, lama kelamaan malah menjadi sebuah pernyataan besar, “Untuk apa?” Awalnya ia mengira inilah tujuan