Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2022

amarah telah habis, lalu apa yang tersisa?

Semuanya seperti berhenti sejenak dalam momen yang aku tunggu-tunggu. Tiada kemarahan yang tersisa, hanya ada secuil harapan untuk masa depan. Pertanyaannya adalah apakah aku pantas mendapatkan harapan hidup? Aku telah kehabisan amarah. Aku tidak mengalami kekosongan. Oh, inikah yang dinamakan hidup? Apakah aku berhak mendapatkan sesuatu yang aku inginkan?  Selama hidup aku terus diajari untuk memaklumi kesalahan orang lain. Ketika mendapatkan sesuatu yang buruk, aku dipaksa untuk bersyukur. Katanya, tidak ada orang yang seberuntung kau! Aku mulai percaya, bahwa aku beruntung. Hasilnya, aku selalu mempertanyakan setiap kebahagiaan yang datang. Aku tidak tahu apa itu kebahagiaan ketika tragedi patut disyukuri dengan lapang dada.  Tiada amarah, hanya gelak tawa. Namun, bolehkah aku tertawa ketika membiarkan orang-orang tak beruntung itu menangis? haruskah aku selalu bersyukur sambil melihat bencana? Terluka, mungkin itu yang aku butuhkan. Mungkin itulah yang seharusnya aku rasakan. Lebih